#IndonesiaTolakTakfiri - Negara seperti Indonesia yang konstitusinya mengakui dan menjamin kebebasan warganya dalam beragama dan berkeyakinan sejatinya tidak memberi kebebasan bagi bentuk-bentuk keyakinan berkarakter Takfiri. Karena keyakinan Takfiri dan ekspresinya berlawanan dengan makna hakiki dari “kebebasan” itu sendiri. kelompok yang memiliki keyakinan agama berkarakter Takfiri sangat mudah memvonis kalangan lain yang berbeda dengannya sebagai golongan yang “sesat” dan “kafir.” Mereka tidak dapat menerima kenyataan adanya perbedaan penafsiran dan praktik dalam agama. Akibat dari itu, kaum Takfiri akan berupaya memaksakan bentuk-bentuk pemahaman dan model-model praktik keagamaannya kepada pihak lain, sembari menuding pemahaman dan praktik pihak lain sebagi itu sebagai suatu kesesatan dan kafir.
Bentuk ajaran dan doktrin agama dikalangan umat Islam yang karakter Takfiri saat ini adalah paham Salafi Wahabi. Aliran yang menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi tersebut, dan mendapat sokongan kuat dinasti (Sa’ud) dalam penyebarannya di berbagai belahan dunia, kini mulai meluas dakwahnya di Indonesia.Dalam fenomena dakwahnya, berbagai ajaran dan amalan-amalan kalangan umat Islam lain menjadi sasaran penyesatan dan pengkafiran oleh mereka. Kalangan utama yang menjadi target pengkafiran mereka adalah mazhab Ahlusunnah (Sunni), yang direpresentasikan oleh kalangan Nahdatul Ulama (NU) di Indonesia, dan secara lebih agresi adalah terhadap Syiah. Terutama terhadap Islam Syiah, Salafi Wahabi secara intensif mengkampanyekannya sebagai bukan bagian dari Islam. Kaum Takfiri itu menebarkan berbagai fitnah dan hasutan untuk menggiring umat Islam Sunni agar membenci dan memusuhi Syiah.
Salafi Wahabi Takfiri di Indonesia saat ini bergerak secara terorganisir dan sistematis untuk memprovokasi umat Islam di Indonesia memusuhi dan memerangi Syiah. Mereka memanfatkan berbagai majelis, media informasi, dan jejaring sosial, untuk menebarkan berbagai fitnah dan hasutan untuk memecah-belah umat Islam antara Sunni dan Syiah. Institusi seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun, seperti yang telah terjadi di beberapa daerah, digiring oleh mereka untuk mengeluarkan fatwa Sesat bahkan kafir terhadap Syiah. Target utamanya agar Islam Syiah – dengan menghalalkan berbagai cara – tidak diberi tempat dan supaya negara melarang eksistensinya di Indonesia.
Kaum Takfiri tersebut melakukan berbagai upaya untuk menghalangi taqrib bainal mazahib (pendekatan antar mazhab) dalam Islam, yang pada intinya adalah untuk menutup jalan dan kesempatan bagi terjalinnya ukhuwah dan persatuan Islam. Mengamati tindak tanduknya yang demikian, kelompok Salafi Wahabi itu secara jelas menjadi “duri dalam daging” bagi umat Islam di belahan dunia mana pun, dan secara khusus merusak suasana toleransi dan kerukunan beragama rakyat Indonesia.
Pembiaran oleh Negara atas model dakwah Salafi Wahabi dan gerakan Takfirinya itu, dengan mengamati fenomena dan intensitasnya sejauh ini, akan menyeret Indonesia ke dalam perang sektarian dan chaos sosial. Karena mereka tidak segan-segan menempuh jalan kekerasan dan serangan fisik, melalu kelompok-kelompok dan jaringan teroris yang notabene (berbagai kelompok yang ada) adalah berpaham Salafi Wahabi Takfiri. Sejatinya Negara mengantisipasi tumbuh-kembangnya fenomena terorisme di Indonesia dengan menutup lahan-lahan yang selama ini menjadi tempat persemaian benih-benih Takfiri.
Terorisme Musuh Agama dan Kemanusiaan
Dalih apa pun untuk membenarkannya, berbagai aksi terorisme dimana pun di berbagai belahan dunia tetap merupakan musuh kemanusiaan dan terjauhkan dari nilai-nilai luhur peradaban. Apalagi mencitrakan dirinya dengan bermotif mengemban seruan jihad Islam, maka itu sungguh kezaliman ganda, menzalimi manusia lain akibat aksi-aksi kejam dengan terror mematikannya itu, dan menzalimi agama yang sejatinya menebar cinta dan kedamaian. Dan karena itu, siapa pun anda dan dimana pun kamu berada, selayaknya ambil peduli untuk mengantisipasi dalam upaya proteksi lingkungan sekitar kita dari menjadi ladang persemaian bibit-bibit Takfiri, untuk kemudian tumbuh menjadi pohon terkutuk (terorisme).
Sungguh kita telah kehilangan akal sehat jika meyakini bahwa jalan yang harus ditempuh oleh umat Islam dalam membela agama dan menegakkan keadilan adalah dengan cara-cara menebar berbagai ancaman dan teror mematikan. Hal yang membuahkan kekacauan sosial dan menjaukan umat manusia dari rasa aman dan damai. Tidak, sungguh bukan Islam yang menghendaki umatnya melakukan hal-hal dan menempuh cara-cara seperti itu. Mekipun Islam memiliki ajaran dan doktrin tentang perang, dan umat ini pun mesti memiliki kesiapan dan persiapan dalam mengadapinya, namun itu hanya dilakukan dalam bentuk membela diri, dengan komando yang jelas, sasaran yang terukur, dan berbagai aturan dan akhlak yang menyertainya.
Tentu umat Islam memiliki musuh yang tidak menginginkan agama ini dengan system ajaran dan hukumnya eksis mempengaruhi tatanan sosial dan arus geopolitik global. Dan musuh-musuh itu tidak segan-segan betindak agreif dalam membendung Islam. Akan tetapi, bagaimana umat Islam mengidentifikai musuh yang sebenarnya dan mengambil kebijakan serta tindakan yang terukur untuk melawannya, adalah perkara utama yang menjadi kewajiban kita. Karena dengan demikian kita tidak betindak zalim dan melampaui batas, baik terhadap musuh itu sendiri, ataupun atas pihak-pihak lain yang berpotensi meneima dampaknya. Apalagi jika hal itu berakibat kerugian besar dari segala apek terhadap Islam dan umatnya sendiri.
Jika kita uraikan secara lebih kritis tentang siapa yang paling besar menerima kerugian atas aksi-aksi terorisme yang dijustifikasi atas nama seruan jihad demi membela lslam selamaini, akan sangat jelas, baik secara statistic koban jiwa dan fisik, maupun kerugian dalam citra, opini, dan politik atas umat lslam itu sendiri. Karakter ajaran dan doktrin agama yang membentuk jiwa takfiri itu secara luas menjadikan objek kebencian dan permusuhan mereka adalah terhadap sesame umat Islam sendiri. Ajaran takfiri yang begitu mudah mengkafirkan sesama umat Islam yang bebeda dengannya itu telah menyeret umat Islam secara bersama kedalam api perpecahan dan konflik sektarian. Bebagai perang sektarian yang diakibatkan oleh karak tertakfiri dan agresifitasnya memerangi umat Islam diluar golongan mereka telah menghalangi dan menghancurkan jalan bagi persatuan Islam.Fenomena tersebut sepertinya tengah menunjukkan umat Islam sedang melakukan bunuh diri massal, tanpa merepotkan musuh untuk melakukannya secara langsung. Itulah yang tejadi di Libya, Syria, Iraq, dan lainnya yang kini tengah mengahadapiaksi terorisme dan perang, yang dilancarkan oleh kaum takfiri.
Akhirnya, yang sejatinya disadari oleh umat Islam seluruhnya adalah adanya tangan-tangan musuh yang mengehendaki umat ini mengalami kekacauan dan kehancuran dari dalam. Karena tidak ada kaedah logis yang dapat memahami dana argumentasi yang dapat meyakinkan kita, bahwa perang dan bunuh-bunuhan dengan sesame umat Islam akan membawa keuntungan bagi umat Islam sendiri, dan menjadi persembahan terbaik bagi kesucian dan kebesaran Islam.
Musuh Islam sangat menyadari bahwa terkonsolidasinya kekuatan umat Islam melalui persatuan dan solidaritas antar sesama mereka, dari berbagai aliran dan mazhab, adalah petaka yang besar. Karenanya, adalah kepentingan mereka semata untuk menjebak umat Islam dalam kekacauan internal, yang menggerus kekuatan dan melemahkannya. Dengan kondsi yang demikian, mereka akan senantiasa mudah menguasai dan mengontrol umat lslam sesuai dengan kepentingnya.
Oleh karena itu, sejatinya tidak ada tempat bagi ideologi Takfiri untuk eksis ditengah-tengah masyarakat yang menghargai dan bertoleransi dalam perbedaan, serta hidup dalam kerukunan. Kaum Takfiri adalah ancaman yang paling berbahaya bagi kelangsungan ruh persatuan bangsa dalam realitas kebhinnekaan. Maka selayaknya menjadi musuh bersama. []
Bentuk ajaran dan doktrin agama dikalangan umat Islam yang karakter Takfiri saat ini adalah paham Salafi Wahabi. Aliran yang menjadi mazhab resmi kerajaan Arab Saudi tersebut, dan mendapat sokongan kuat dinasti (Sa’ud) dalam penyebarannya di berbagai belahan dunia, kini mulai meluas dakwahnya di Indonesia.Dalam fenomena dakwahnya, berbagai ajaran dan amalan-amalan kalangan umat Islam lain menjadi sasaran penyesatan dan pengkafiran oleh mereka. Kalangan utama yang menjadi target pengkafiran mereka adalah mazhab Ahlusunnah (Sunni), yang direpresentasikan oleh kalangan Nahdatul Ulama (NU) di Indonesia, dan secara lebih agresi adalah terhadap Syiah. Terutama terhadap Islam Syiah, Salafi Wahabi secara intensif mengkampanyekannya sebagai bukan bagian dari Islam. Kaum Takfiri itu menebarkan berbagai fitnah dan hasutan untuk menggiring umat Islam Sunni agar membenci dan memusuhi Syiah.
Salafi Wahabi Takfiri di Indonesia saat ini bergerak secara terorganisir dan sistematis untuk memprovokasi umat Islam di Indonesia memusuhi dan memerangi Syiah. Mereka memanfatkan berbagai majelis, media informasi, dan jejaring sosial, untuk menebarkan berbagai fitnah dan hasutan untuk memecah-belah umat Islam antara Sunni dan Syiah. Institusi seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun, seperti yang telah terjadi di beberapa daerah, digiring oleh mereka untuk mengeluarkan fatwa Sesat bahkan kafir terhadap Syiah. Target utamanya agar Islam Syiah – dengan menghalalkan berbagai cara – tidak diberi tempat dan supaya negara melarang eksistensinya di Indonesia.
Kaum Takfiri tersebut melakukan berbagai upaya untuk menghalangi taqrib bainal mazahib (pendekatan antar mazhab) dalam Islam, yang pada intinya adalah untuk menutup jalan dan kesempatan bagi terjalinnya ukhuwah dan persatuan Islam. Mengamati tindak tanduknya yang demikian, kelompok Salafi Wahabi itu secara jelas menjadi “duri dalam daging” bagi umat Islam di belahan dunia mana pun, dan secara khusus merusak suasana toleransi dan kerukunan beragama rakyat Indonesia.
Pembiaran oleh Negara atas model dakwah Salafi Wahabi dan gerakan Takfirinya itu, dengan mengamati fenomena dan intensitasnya sejauh ini, akan menyeret Indonesia ke dalam perang sektarian dan chaos sosial. Karena mereka tidak segan-segan menempuh jalan kekerasan dan serangan fisik, melalu kelompok-kelompok dan jaringan teroris yang notabene (berbagai kelompok yang ada) adalah berpaham Salafi Wahabi Takfiri. Sejatinya Negara mengantisipasi tumbuh-kembangnya fenomena terorisme di Indonesia dengan menutup lahan-lahan yang selama ini menjadi tempat persemaian benih-benih Takfiri.
Terorisme Musuh Agama dan Kemanusiaan
Dalih apa pun untuk membenarkannya, berbagai aksi terorisme dimana pun di berbagai belahan dunia tetap merupakan musuh kemanusiaan dan terjauhkan dari nilai-nilai luhur peradaban. Apalagi mencitrakan dirinya dengan bermotif mengemban seruan jihad Islam, maka itu sungguh kezaliman ganda, menzalimi manusia lain akibat aksi-aksi kejam dengan terror mematikannya itu, dan menzalimi agama yang sejatinya menebar cinta dan kedamaian. Dan karena itu, siapa pun anda dan dimana pun kamu berada, selayaknya ambil peduli untuk mengantisipasi dalam upaya proteksi lingkungan sekitar kita dari menjadi ladang persemaian bibit-bibit Takfiri, untuk kemudian tumbuh menjadi pohon terkutuk (terorisme).
Sungguh kita telah kehilangan akal sehat jika meyakini bahwa jalan yang harus ditempuh oleh umat Islam dalam membela agama dan menegakkan keadilan adalah dengan cara-cara menebar berbagai ancaman dan teror mematikan. Hal yang membuahkan kekacauan sosial dan menjaukan umat manusia dari rasa aman dan damai. Tidak, sungguh bukan Islam yang menghendaki umatnya melakukan hal-hal dan menempuh cara-cara seperti itu. Mekipun Islam memiliki ajaran dan doktrin tentang perang, dan umat ini pun mesti memiliki kesiapan dan persiapan dalam mengadapinya, namun itu hanya dilakukan dalam bentuk membela diri, dengan komando yang jelas, sasaran yang terukur, dan berbagai aturan dan akhlak yang menyertainya.
Tentu umat Islam memiliki musuh yang tidak menginginkan agama ini dengan system ajaran dan hukumnya eksis mempengaruhi tatanan sosial dan arus geopolitik global. Dan musuh-musuh itu tidak segan-segan betindak agreif dalam membendung Islam. Akan tetapi, bagaimana umat Islam mengidentifikai musuh yang sebenarnya dan mengambil kebijakan serta tindakan yang terukur untuk melawannya, adalah perkara utama yang menjadi kewajiban kita. Karena dengan demikian kita tidak betindak zalim dan melampaui batas, baik terhadap musuh itu sendiri, ataupun atas pihak-pihak lain yang berpotensi meneima dampaknya. Apalagi jika hal itu berakibat kerugian besar dari segala apek terhadap Islam dan umatnya sendiri.
Jika kita uraikan secara lebih kritis tentang siapa yang paling besar menerima kerugian atas aksi-aksi terorisme yang dijustifikasi atas nama seruan jihad demi membela lslam selamaini, akan sangat jelas, baik secara statistic koban jiwa dan fisik, maupun kerugian dalam citra, opini, dan politik atas umat lslam itu sendiri. Karakter ajaran dan doktrin agama yang membentuk jiwa takfiri itu secara luas menjadikan objek kebencian dan permusuhan mereka adalah terhadap sesame umat Islam sendiri. Ajaran takfiri yang begitu mudah mengkafirkan sesama umat Islam yang bebeda dengannya itu telah menyeret umat Islam secara bersama kedalam api perpecahan dan konflik sektarian. Bebagai perang sektarian yang diakibatkan oleh karak tertakfiri dan agresifitasnya memerangi umat Islam diluar golongan mereka telah menghalangi dan menghancurkan jalan bagi persatuan Islam.Fenomena tersebut sepertinya tengah menunjukkan umat Islam sedang melakukan bunuh diri massal, tanpa merepotkan musuh untuk melakukannya secara langsung. Itulah yang tejadi di Libya, Syria, Iraq, dan lainnya yang kini tengah mengahadapiaksi terorisme dan perang, yang dilancarkan oleh kaum takfiri.
Akhirnya, yang sejatinya disadari oleh umat Islam seluruhnya adalah adanya tangan-tangan musuh yang mengehendaki umat ini mengalami kekacauan dan kehancuran dari dalam. Karena tidak ada kaedah logis yang dapat memahami dana argumentasi yang dapat meyakinkan kita, bahwa perang dan bunuh-bunuhan dengan sesame umat Islam akan membawa keuntungan bagi umat Islam sendiri, dan menjadi persembahan terbaik bagi kesucian dan kebesaran Islam.
Musuh Islam sangat menyadari bahwa terkonsolidasinya kekuatan umat Islam melalui persatuan dan solidaritas antar sesama mereka, dari berbagai aliran dan mazhab, adalah petaka yang besar. Karenanya, adalah kepentingan mereka semata untuk menjebak umat Islam dalam kekacauan internal, yang menggerus kekuatan dan melemahkannya. Dengan kondsi yang demikian, mereka akan senantiasa mudah menguasai dan mengontrol umat lslam sesuai dengan kepentingnya.
Oleh karena itu, sejatinya tidak ada tempat bagi ideologi Takfiri untuk eksis ditengah-tengah masyarakat yang menghargai dan bertoleransi dalam perbedaan, serta hidup dalam kerukunan. Kaum Takfiri adalah ancaman yang paling berbahaya bagi kelangsungan ruh persatuan bangsa dalam realitas kebhinnekaan. Maka selayaknya menjadi musuh bersama. []
Sepakat
BalasHapusSepakat juga.. #IndonesiaTolakTakfiri
Hapus