#IndonesiaTolakTakfiri - Teridentifikasinya dua warga Malaysia sebagai penjagal ISIS dalam video eksekusi pemenggalan kepala yang diunggah di Facebook pada Minggu (22/2), semakin menguatkan dugaan bahwa ISIS mulai melebarkan sayapnya di Asia Tenggara.
Profesor Rohan Gunaratna, seorang pakar keamanan dan kontraterorisme dari Badan Kekerasan Politik dan Riset Terorisme (ICPVTR) Singapura menyatakan bahwa saat ini terdapat 22 kelompok teroris di Asia Tenggara yang telah berbaiat setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.
"ISIS menyebarluaskan propaganda di wilayah Asia Tenggara secara daring dan menggunakan bahasa setempat," kata Rohan, dalam konferensi global Keamanan Asia di Singapura, dikutip dari media Malaysia, The Star, Kamis (5/3).
Menurut Rohan, gempuran koalisi serangan udara terhadap berbagai markas di Irak dan Suriah mendorong kelompok militan ini mengembangkan sayap di kawasan lain.
"Dunia harus bersiap diri untuk serangan teroris gelombang baru, seperti yang kita saksikan di Sydney, Kopenhagen, Paris dan Ottawa baru-baru ini, dan juga serangan yang bahkan dapat mencerminkan skala 9/11," kata Rohan.
Rohan mencatat, terdapat lebih dari 1.000 anggota kelompok radikal datang dari berbagai negara di Asia Pasifik dan telah berangkat ke Suriah. Sekitar 300 di antaranya datang dari Asia Tenggara.
Analis riset ICPVTR menyatakan terdapat obrolan secara daring di kalangan ekstrimis mengenai penggunaan bahan kimia dan senjata radiologi, seperti bom klorin.
Dugaan ini makin menguat ketika seorang militan ISIS yang tewas dalam serangan udara pada Januari merupakan ahli senjata kimia.
Kemungkinan berkembang di Indonesia
Rohan menilai para pejuang yang kembali dari Suriah dan Irak juga bisa berhubungan dengan kelompok teror seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan Jemaah Islamiyah cabang Jemaah Ansharut Tauhid (JAT), yang kerap menimbulkan ancaman di kawasan Asia Tenggara.
Rohan menilai bahwa JAT sebagai kelompok yang mampu melakukan serangan bunuh diri, aktif di luar perbatasan Indonesia dan kerap membeli senjata dari Thailand, dan transit di Malaysia.
Pendapat senada juga diutarakan oleh pengamat terorisme Al-Chaidar, dengan menyatakan bahwa saat geliat perekrutan ISIS di Asia Tenggara kian kuat.
"Kelihatannya memang ISIS sudah mengembangkan sayap di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan sekitarnya," kata Al-Chaidar, ketika dihubungi CNN Indonesia, Kamis (5/3).
Al-Chaidar mencontohkan gerakan terorisme yang dipimpin Susanto di Poso, Sulawesi Tengah, menjadi peringatan tersendiri bahwa ideologi terorisme masih dapat tumbuh di Indonesia.
"Seperti MMI yang cenderung bergabung dengan Jabhat Al-Nusra, atau Jemaah Islamiyah yang kita kira sebelumnya sudah tidak ada. Kelompok militan telah berkomunikasi dengan mereka lebih awal karena memiliki idealisme yang sama, terutama, lewat media sosial seperti Facebook," kata Al-Chaidar.
Al-Chaidar mencatat, terdapat sekitar 500 orang Indonesia yang diperkirakan bergabung dengan berbagai kelompok militan di luar negeri. Al-Chaidar menyatakan bahwa beberapa kelompok militan Indonesia yang telah berbaiat dengan ISIS adalah JAT, kelompok terorisme Santoso, dan Darul Islam.
Al-Chaidar juga menyoroti bahwa solusi untuk membendung pergerakan militan di Indonesia adalah dengan mengadakan dialog terbuka.
"Satu-satunya jalan adalah dengan memberikan ruang bagi pemuda untuk berdiskusi dan menyuarakan aspirasi mereka, sehingga ada diukusi tebuka tentang fakta dan realita di lapangan tentang isu tersebut," kata Al-Chaidar.
0 komentar:
Posting Komentar